Jumat, 27 Maret 2015

Bunga Cantik Untuk IBU






Alkisah, ada seorang Ibu yang tidak sengaja menabrak seorang pejalan kaki ketika sedang berjalan di trotoar. "Oh, maaf," kata sang Ibu.

Jawab si pejalan kaki itu, "Maafkan saya juga. Saya tak memperhatikan Anda." Mereka berdua bersikap sangat sopan. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanannya masing-masing.

Namun ketika tiba di rumah, berlangsung kisah yang berbeda. Betapa berbedanya sang Ibu dalam memperlakukan seorang yang sangat dikasihinya. Menjelang malam hari, saat sang Ibu sibuk memasak makan malam, anak perempuan satu-satunya berdiri diam di sampingnya. Ketika berbalik badan, sang Ibu nyaris saja menabrak anaknya. Karena terkejut, sang Ibu menjadi jengkel. "Menyingkir sana. Jangan berdiri di situ!" hardik sang Ibu dengan raut muka yang berkerut. Sang anak pun meninggalkan dapur, dengan hati yang sedikit terluka. Sang Ibu sungguh tak menyadari betapa kasar caranya berbicara tadi.

Ketika sang ibu berbaring di tempat tidur, suara hatinya berbicara, "Ketika berhadapan dengan seorang yang tak dikenal, kau bersikap sangat santun. Tapi kau malah memperlakukan anak yang kaucintai dengan kasar. Coba kau lihat lantai dapurmu, akan kautemukan serangkai bunga di dekat pintu. Itu bunga yang dibawakan anakmu untukmu. Dia memetiknya sendiri, bunga yang berwarna-warni cerah itu. Anakmu berdiri diam di dekatmu agar tidak merusak kejutannya, dan kau tak pernah melihat airmatanya."

Dengan segera sang Ibu menuju dapur dan di lantai masih tergeletak bunga berwarna merah muda, kuning, dan biru. Saat itu, sang Ibu merasa sangat menyesal. Airmatanya mulai mengalir. Lalu diam-diam, ia masuk ke kamar sang anak dan dengan perlahan duduk di tepi tempat tidurnya. "Bangun sebentar, anakku," kata sang Ibu. "Bunga ini kau petik untuk Ibu?"

Sang anak tersenyum meski matanya masih terlihat mengantuk, "Aku menemukannya, di dekat pepohonan. Aku petik karena bunganya cantik, sama seperti Ibu. Aku tahu Ibu pasti menyukainya, terutama yang biru."

Mendengar jawaban itu, sang Ibu semakin merasa bersalah, "Anakku, maafkan Ibu karena Ibu sudah kasar padamu tadi. Seharusnya aku tak meneriakimu seperti itu." Sang anak menjawab, "Oh, Ibu, nggak apa-apa, kok. Aku tetap sayang pada Ibu."

"Ibu juga sayang padamu. Dan aku memang suka bunga-bunga ini, terutama yang biru."

Tanpa kita sadari, cerita di atas juga sering kita alami sendiri. Betapa kita bisa bersikap sangat sopan dan santun dalam berbicara kepada orang lain, yang baru kita kenal sekalipun, namun semua itu langsung berubah begitu kita menghadapi anggota keluarga kita, atau kerabat, atau sahabat, atau orang-orang dekat kita. Mari, jadikan kisah ini sebagai "batu pijakan pertama" kita untuk mengubah kebiasaan tidak baik itu, agar ke depannya kita bisa lebih menjaga sikap dan perkataan kita kepada siapa pun yang kita temui.
Sumber :http://www.andriewongso.com/articles/details/5080/Bunga-Cantik-untuk-Ibu
 

Fenomena Tongsis yang Menciptakan Budaya Baru






Tongkat narsis atau tongsis adalah sebuah fenomena baru di tahun 2014 yang mampu menciptakan sebuah tren dan bahkan menjadi budaya baru di kalangan generasi muda. Kini, tongsis bahkan telah dikenal di dunia dengan sebutan selfie stick.
Tongsis adalah sebuah alat bantu yang digunakan untuk selfie dari jarak jauh yang berupa tongkat yang dapat dipanjangkan dengan di ujung tongkat terdapat tempat untuk menaruh telepon selular atau perangkat portabel lainnya. Alat ini merupakan modifikasi dari kaki-satu (monopod).

Bagi kalangan muda sekarang yang sangat suka mengabadikan foto-fotonya, alat ini sangat membantu ketika ingin ber-selfie dengan banyak orang. Alat ini dibuat dan dipatenkan pertama kali oleh Anindito Respati Giyardani dari Indonesia.
Bisa dibilang, Indonesia menjadi pelopor dalam tren yang fenomenal tahun ini. Kecintaan masyarakat dalam ber-selfie menginspirasi penciptanya untuk membuat sebuah alat bantu agar bisa ber-selfie bersama dengan kapasitas orang yang lebih banyak.

Ciptaan yang membuat sebuah budaya baru di kalangan muda dunia ini, bahkan masuk dalam jajaran penemuan terbaik 2014 versi majalah TIME. Meskipun tongsis sangat membantu, tapi ada baiknya ketika ingin mengabadikan foto
selfie, perhatikan situasi dan kondisi di sekitar agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Sumber : http://www.andriewongso.com/articles/details/14168/Fenomena-Tongsis-yang-Menciptakan-Budaya-Baru

ETHICAL GOVERNANCE



ETHICAL GOVERNANCE
Governance System

Sistem pemerintahan adalah sistem yang dimiliki suatu negara dalam mengatur pemerintahannya.
Sesuai dengan kondisi negara masing-masing, sistem ini dibedakan menjadi:
  1. Presidensial
  2. Parlementer
  3. Semipresidensial
  4. Komunis
  5. Demokrasi Liberal
  6. Liberal
Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah dan menjadi statis. Jika suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu akan berlangsung selama-lamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk memprotes hal tersebut.

Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontinu dan demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem pemerintahan tersebut.Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh.

Secara sempit,Sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk menjalankan roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri.

Budaya Etika

Menurut Koentjaraningrat, budaya adalah “keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar”

Konsep etika bisnis tercermin pada corporate culture (budaya perusahaan). Menurut Kotler (1997) budaya perusahaan merupakan karakter suatu perusahaan yang mencakup pengalaman, cerita, kepercayaan dan norma bersama yang dianut oleh jajaran perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari cara karyawannya berpakaian, berbicara, melayani tamu dan pengaturan kantor. 

Pendapat umum dalam bisnis bahwa perusahaan mencerminkan kepribadian pemimpinnya. Hubungan antara CEO dengan perusahaan merupakan dasar budaya etika. Jika perusahaan harus etis, maka manajemen puncak harus etis dalam semua tindakan dan kata-katanya. Manajemen puncak memimpin dengan memberi contoh. Perilaku ini adalah budaya etika.
  
Tugas manajemen puncak adalah memastikan bahwa konsep etikanya menyebar di seluruh organisasi, melalui semua tingkatan dan menyentuh semua pegawai. Hal tersebut dicapai melalui metode tiga lapis :
  1. Menetapkan credo perusahaan, merupakan pernyataan ringkas mengenai nilai-nilai etis yang ditegakkan perusahaan, yang diinformasikan kepada orang-orang dan organisasi-organisasi baik di dalam maupun di luar perusahaan.
  2. Menetapkan program etika. Suatu sistem yang terdiri dari berbagai aktivitas yang dirancang untuk mengarahkan pegawai dalam melaksanakan lapis pertama. Misalnya pertemuan orientasi bagi pegawai baru dan audit etika. 
  3. Menetapkan kode etik perusahaan, setiap perusahaan memiliki kode etiknya masing-masing. Kadang-kadang kode etik tersebut diadaptasi dari kode etik industri tertentu.
Corporate culture (budaya perusahaan) merupakan konsep yang berkembang dari ilmu manajemen serta psikologi industri dan organisasi. Bidang-bidang ilmu tersebut mencoba lebih dalam mengupas penggunaan konsep-konsep budaya dalam ilmu manajemen dan organisasi dengan tujuan meningkatkan kinerja organisasi, yang dalam hal ini, adalah organisasi yang berbentuk perusahaan. 

Djokosantoso Moeljono mendefinisikan corporate culture sebagai suatu sistem nilai yang diyakini oleh semua anggota organisasi dan yang dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat, dan dijadikan acuan berperilaku dalam organsisasi untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Apabila dikaji secara lebih mendalam, menurut Martin Hann, ada 10 (sepuluh) parameter budaya perusahaan yang baik, yaitu :

  1. Pride of the organization
  2. Orientation towards (top) achievements
  3. Teamwork and communication
  4. Supervision and leadership
  5. Profit orientation and cost awareness 
  6. Employee relationships  
  7. Client and consumer relations 
  8. Honesty and safety
  9. Education and development
  10. Daninnovation 

Mengembangkan Struktur Etika Korporasi

Semangat untuk mewujudkan Good Corporate Governance memang telah dimulai di Indonesia, baik di kalangan akademisi maupun praktisi baik di sektor swasta maupun pemerintah. Berbagai perangkat pendukung terbentuknya suatu organisasi yang memiliki tata kelola yang baik sudah di stimulasi oleh Pemerintah melalui UU Perseroan, UU Perbankan, UU Pasar Modal, Standar Akuntansi, Komite Pemantau Persaingan Usaha, Komite Corporate Governance, dan sebagainya yang pada prinsipnya adalah membuat suatu aturan agar tujuan perusahaan dapat dicapai melalui suatu mekanisme tata kelola secara baik oleh jajaran dewan komisaris, dewan direksi dan tim manajemennya. Pembentukan beberapa perangkat struktural perusahaan seperti komisaris independen, komite audit, komite remunerasi, komite risiko, dan sekretaris perusahaan adalah langkah yang tepat untuk meningkatkan efektivitas “Board Governance”. 

Dengan adanya kewajiban perusahaan untuk membentuk komite audit, maka dewan komisaris dapat secara maksimal melakukan pengendalian dan pengarahan kepada dewan direksi untuk bekerja sesuai dengan tujuan organisasi. Sementara itu, sekretaris perusahaan merupakan struktur pembantu dewan direksi untuk menyikapi berbagai tuntutan atau harapan dari berbagai pihak eksternal perusahaan seperti investor agar supaya pencapaian tujuan perusahaan tidak terganggu baik dalam perspektif waktu pencapaian tujuan ataupun kualitas target yang ingin dicapai. Meskipun belum maksimal, Uji Kelayakan dan Kemampuan (fit and proper test) yang dilakukan oleh pemerintah untuk memilih top pimpinan suatu perusahaan BUMN adalah bagian yang tak terpisahkan dari kebutuhan untuk membangun “Board Governance” yang baik sehingga implementasi Good Corporate Governance akan menjadi lebih mudah dan cepat. 

Kode Perilaku Korporasi

Pengelolaan perusahaan tidak dapat dilepaskan dari aturan-aturan main yang selalu harus diterima dalam pergaulan sosial, baik aturan hukum maupun aturan moral atau etika. Code of Conduct merupakan pedoman bagi seluruh pelaku bisnis PT. Perkebunan dalam bersikap dan berperilaku untuk melaksanakan tugas sehari-hari dalam berinteraksi dengan rekan sekerja, mitra usaha dan pihak-pihak lainnya yang berkepentingan. Pembentukan citra yang baik terkait erat dengan perilaku perusahaan dalam berinteraksi atau berhubungan dengan para stakeholder. Perilaku perusahaan secara nyata tercermin pada perilaku pelaku bisnisnya. Dalam mengatur perilaku inilah, perusahaan perlu menyatakan secara tertulis nilai-nilai etika yang menjadi kebijakan dan standar perilaku yang diharapkan atau bahkan diwajibkan bagi setiap pelaku bisnisnya. Pernyataan dan pengkomunukasian nilai-nilai tersebut dituangkan dalam code of conduct.

Code of Conduct adalah pedoman internal perusahaan yang berisikan Sistem Nilai, Etika Bisnis, Etika Kerja, Komitmen, serta penegakan terhadap peraturan-peraturan perusahaan bagi individu dalam menjalankan bisnis, dan aktivitas lainnya serta berinteraksi dengan stakeholders.

Salah satu contoh perusahaan yang menerapkan kode perilaku korporasi (corporate code of conduct) adalah PT. Nindya Karya (Persero) telah membentuk tim penerapan Good Corporate Governance pada tanggal 5 Februari 2005, melalui Tahapan Kegiatan seperti sosialisasi dan workshop. Kegiatan sosialisasi terutama untuk para pejabat telah dilaksanakan dengan harapan bahwa seluruh karyawan PT Nindya Karya (Persero) mengetahui & menyadari tentang adanya ketentuan yang mengatur kegiatan pada level Manajemen keatas berdasarkan dokumen yang telah didistribusikan, baik di Kantor Pusat, Divisi maupun ke seluruh Wilayah.

Evaluasi Terhadap Kode Perilaku Korporasi

Melakukan evaluasi tahap awal (Diagnostic Assessment) dan penyusunan pedoman-pedoman. Pedoman Good Corporate Governance disusun dengan bimbingan dari Tim BPKP dan telah diresmikan pada tanggal 30 Mei 2005.

Ada 3 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance di PT NINDYA KARYA (Persero)
  1. Pengambilan keputusan bersumber dari budaya perusahaan, etika, nilai, sistem, tata kerja korporat, kebijakan dan struktur organisasi.
  2. Mendorong untuk pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya secara efektif dan efisien.
  3. Mendorong dan mendukung pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan stake holder lainnya.
Dalam mengimplementasikan Good Corporate Governance, diperlukan 6 instrumen-instrumen yang menunjang :
  1. Code of corporate governance(Pedoman Tata Kelola Perusahaan), pedoman dalam interaksi antar organ Perusahaan maupun stakeholder lainnya.
  2. Code of conduct (Pedoman Perilaku Etis), pedoman dalam menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis antara perusahaan dengan karyawannya.
  3. Board manual, panduan bagi komisaris dan direksi yang mencakup keanggotaan, tugas, kewajiban, wewenang serta hak,  rapat dewan, hubungan kerja antara komisaris dengan direksi serta panduan operasional best practice
  4. Sistim manajemen risiko, mencakup prinsip-prinsip tentang manajemen risiko dan implementasinya.
  5. An auditing committee contract – arranges the organization and management of the auditing committee along with  itsscope of work.
  6. Piagam komite audit, mengatur tentang organisasi dan tata laksana komite audit serta ruang lingkup tugas.
 Sumber :
  1. http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pemerintahan
  2. http://yulileaeysn.blogspot.com/2012/10/bab-iii-ethical-governance.html
  3. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/10/tugas-wajib-ke_3-ethical-governance/